Friday, April 29, 2011

Briptu Norman dan Citra Polisi


Oleh: Guntur Pribadi *)


BRIPTU Norman sang fenomenal unik. Belakangan ini namanya menghiasi hampir semua media massa. Ia merasa seperti bermimpi ketika antusias masyarakat begitu gandrung dengan penampilannya yang kocak dan ramah menyanyikan lagu India di jejaring sosial Youtube. Briptu Norman sendiri tak menyangka begitu hebatnya atensi publik hingga melepaskan acaman sanksi bagi dirinya akibat penampilannya yang dinilai tidak etis dan mencoreng institusi oleh atasanya.

Kekuatan publik memang tidak bisa dianggap remeh. Briptu Norman adalah hasil kekuatan luar biasa masyarakat yang mendukung dan menjadikan Norman begitu dikenal hingga mengalahkan pemberitaan korupsi, pro kontra gedung baru DPR, beragam kasus perbankan, terorisme, hingga ketenaran artis Anang Ashanty di negeri ini.

Kejujuran publik yang menilai penampilan Briptu Norman hingga menjadikannya sebagai artis merupakan realitas yang tak gampang untuk dihentikan, apalagi ditolak. Penilaian, antusias yang tak direkayasa, hingga rasa salut terhadap kehebatan panggung sang polisi Briptu Norman telah menunjukan masyarakat sebenarnya sangat jujur dan apa adanya untuk melihat objeknya, tanpa melihat siapa Briptu Norman dan dari mana ia.

Norman yang seorang polisi dengan pangkat Briptu kini berubah drastis menjadi idola masyarakat. Bahkan publik seperti tak peduli lagi melihat seragam yang dikenakan Norman. Bagi masyarakat, saat ini, Norman adalah penghibur. Ia seperti tak lagi diilustrasikan dengan simbol kegarangan yang terkadang banyak melekat dipersepsi masyarakat.

Penampilan Briptu Norman dipanggung hiburan secara tidak disadari telah memberikan pencitraan yang sangat penting bagi institusi Polri. Selama ini memang telah terjadi pengambaran terhadap institusi Polri yang terlanjur garang. Apalagi setelah kita dengar dan baca dari berbagai media massa ‘nyanyian-nyanyian’ sumbang tentang Polri tentu sangat menyedihkan. Kita juga sebagai masyarakat tidak memungkiri kekerasan yang dicitrakan sendiri oleh aparat kepolisian, yang terkadang membuat masyarakat terlanjur berpandangan negatif tentang Polisi.

Citra Briptu Norman dengan tampilan polisi yang pandai bernyanyi, penghibur, ramah, dan bersahabat dengan masyarakat seperti mengubur gambaran Polisi yang seringkali ditakuti, bahkan tak bisa bersahabat baik. Lihat saja, betapa publik sebenarnya sangat antusias dan bersahabat dengan Polisi lewat Briptu Norman yang pandai mengambil hati masyarakat.

Ada beberapa hal penting dari Briptu Norman yang tampaknya begitu diterima pengemarnya: masyarakat luas negeri ini. Pertama, bila ditempatkan dengan sejujurnya, Norman adalah manusia penyuka seni/hiburan yang sama seperti dimiliki banyak pengemarnya. Sikap Norman yang apa adanya, penghibur, meskipun berseragam aparat tentu menjadi daya magnet yang tak bisa dipungkiri, selain ada keunikan tersendiri yang dinilai oleh publik.

Gaya dan kegemaran bernyanyi Briptu Norman tersebutlah, yang tak bisa didustai masyarakat, apalagi direkayasa. Dan hal itu ternyata juga banyak disukai masyarakat sehingga daya tarik pada seorang Polisi seperti Briptu Norman menjadi sasaran hiburan masyarakat.

Kedua, yang juga tidak bisa dipungkiri dari seorang Briptu Norman adalah sikapnya untuk bisa berkomunikasi dengan sesamanya melalui video lipsing yang direkamnya —kendati ia tak menyadari jika videonya tersebar lebih luas melalui jejaring sosial dan disukai publik. Seorang Polisi pun sesungguhnya memiliki naluri sama seperti masyarakat biasa seperti menyukai hiburan/bernyanyi. Hanya saja ‘tradisi’ yang seringkali membatasi dan tak sama dengan masyarakat diluar institusi kepolisian. ‘Aturan’, ‘disiplin’, dan ‘etika’, menjadikan wajah kepolisian mungkin sulit untuk ‘disejalankan’, apalagi bersentuhan langsung dengan masyarakat secara luas.

Namun, melihat fenomena unik Briptu Norman yang mendadak menjadi artis telah mendobrak persepsi masyarakat mengenai citra Polisi yang selama ini kurang bersahabat dan mengayomi. Briptu Norman secara tak disadari telah mencairkan kebekuan mengenai pandangan tentang Polisi yang selama ini dinilai kurang bersahabat.

Institusi kepolisian memang pantas bangga dengan adanya Briptu Norman yang pandai menghibur. Apalagi dalam pengakuannya sendiri, Norman tetap akan menjadi seorang Polisi dan bangga dengan pekerjaan sebagai abdi negara, meskipun dunia hiburan kini membuatnya begitu terkenal dibanding statusnya sebagai Polisi.

Polisi juga manusia. Itulah kini gambaran yang bisa kita wakilkan kepada Briptu Norman. Dari manapun pun Briptu Norman berasal, kini ia menjadi bagian masyarakat tanpa lagi dilihat pernak-pernik seragam yang dipakainya. Ia bisa menjadi penghibur bagi masyarakat yang mungkin selama ini mengalami trauma, ketakutan, kebencian, ataupun berbagai pandangan negatif terhadap institusi kepolisian.

Momentum Briptu Norman yang mampu menyedot magnet positif dari publik tentunya menjadi bagian penting pengelolaan citra kepolisian untuk lebih bisa merakyat. Selama ini, kita tahu pandangan negatif tentang kinerja kepolisian dan citra kekerasan seringkali dilekatkan oleh masyarakat.

Citra yang sesungguhnya membuat institusi kepolisian dipandang tidak bersahabat itu sudah seharusnya dirubah. Kita tentunya juga berharap, fenomena Briptu Norman yang bisa diterima publik luas saat ini, menjadi momentum baik bagi aparat kepolisian untuk berbenah menuju perbaikan dalam menjalankan misi pelayanan dan pengayoman serta dapat diterima baik oleh masyarakat.[]

Samarinda, 17 April 2011

*) Citizen Journalist, Kalimantan Timur

No comments:

KILAS CATATAN

Wartawan Bodrex vs Citizen Journalist

DALAM catatan Nasihin Masha, citizen journalism lahir sebagai sebuah perlawanan. Yakni, perlawanan terhadap hegemoni dalam merumuskan dan memaknai kebenaran. Perlawanan terhadap dominasi informasi oleh elite masyarakat. Akhirnya, perlawanan terhadap tatanan peradaban yang makin impersonal (Republika, Rabu, 7/11/2007)....selengkapnya...

Detikcom News

.: KabarIndonesia - Dari Kita Untuk Kita :.