kau tetaplah kau: yang tak terusik zaman.
pikiranmu mengalir dan menggoyahkan dunia
kala naluri perlawanan membakar semangat bangsa.
kau tetaplah kau: tak terganti dalam darah turunan biologismu.
ketajaman hati mencerna rintihan jelata telah menjadi darah merahmu.
kau tetaplah kau: yang tak lelah berteriak tentang nasionalisme.
kata-katamu bagai api yang berkobar menjiwai bangsa.
kau tetaplah kau: yang ikhlas menyembunyikan deritamu
kala sakit mendera dan kala pikiranmu terbelenggu rezim berkuasa.
(kau tetap diam kepada bangsa tanpa bisik dan risalah).
----dan kau hanya berbisik derita itu kepada anakmu:
”anakku,
simpan segala yang kau tahu.
jangan ceritakan deritaku dan sakitku kepada rakyat,
biarkan aku menjadi korban asal Indonesia tetap bersatu.
ini aku lakukan demi kesatuan, persatuan, keutuhan dan kejayaan bangsa.
jadikan deritaku ini sebagai kesaksian,
bahwa kekuasaan seorang presiden sekalipun ada batasnya.
karena kekuasaan yang langgeng hanyalah kekuasaan rakyat
dan di atas segalanya adalah kekuasaan
Tuhan Yang Maha Esa.” (pesan Bung Karno kepada Megawati).
----bung, maaf, bisik itu kini terdengar oleh kami yang menelaahmu...
--------------------------------
to:Bung Karno
Tenggarong, 7 Maret 2009
(1: 23 PM)
--------------------------------
No comments:
Post a Comment