Wednesday, April 06, 2011

Soe Hok Gie, Dari Catatan Hingga Pergerakan

Oleh: Guntur Pribadi


SOE HOK GIE: nafas perlawanan yang pernah ada. Ia sejarah. Ia oposan murni yang bergerak dan terus bergerak, sekalipun tanpa massa banyak, tanpa pamrih, tanpa pujian. Perlawanannya berangkat dari kesadaran yang dalam, yang sulit dipecahkan tujuannya.

Gie adalah sosok generasi muda yang tak mudah tergiur kekuasaan. Ia oposisif yang rasional. Gerakan dan catatannya adalah perlawanan yang inspiratif. Dalam jejaknya, ia bukan ‘manusia ruangan’ yang menghabiskan waktu hanya berpikir, tapi Gie juga seorang pelaku yang mampu mempengaruhi gerakan perlawanan mahasiswa pada rezim Orde Lama dan awal kekuasaan Orde Baru.

Gie bersama sahabat seangkatannya adalah demonstran yang mengkritik kekuasaan Soekarno dan Soeharto. Ia tak segan menyebut, Soekarno adalah kelanjutan raja-raja jawa. Beristri banyak dan mendirikan keraton-keraton dan lain-lain. Demikian juga, ia menilai teman-teman seangkatannya yang dulu bersama-sama berjuang melawan ketidakadilan penguasa, berbalik arah dalam lingkaran kekuasaan.

Tahun 1969, ketika kabut dingin dan gas beracun di Gunung Semeru menguap, Gie menghebuskan nafas terakhirnya. Ia meninggal sehari sebelum ulang tahunnya ke-27. Sahabat, kekasih, dan masyarakat yang mengenalnya pun terkejut. Gie seperti lentera yang menyala-nyala kemudian redup seketika. Banyak yang tak menyangka kematiannya yang terlalu muda.

Arif Budiman (Soe Hok Djian), Dalam pengantar buku Soe Hok Gie: Catatan Seorang Demonstran, menuliskan kenangannya ketika Gie masih ada. Dari bagian ceritanya, Gie pernah mencurahkan rasa ‘keterasingannya’:

“Akhir-akhir ini saya selalu berpikir, apa gunanya semua yang saya lakukan ini. Saya menulis, melakukan kritik kepada banyak orang yang saya anggap tidak benar dan yang sejenisnya lagi. Makin lama, makin banyak musuh saya dan makin sedikit orang yang mengerti saya. Dan kritik-kritik saya tidak mengubah keadaan. Jadi apa sebenarnya yang saya lakukan? Saya ingin menolong rakyat kecil yang tertindas, tapi kalau keadaan tidak berubah, apa gunanya kritik-kritik saya? Apa ini bukan semacam onani yang konyol? Kadang-kadang saya merasa sungguh-sungguh kesepian”.

Terkadang Gie harus ditegur Ibunya sendiri atas semua kritik-kritiknya terhadap rezim. Tapi Gie hanya tersenyum. Ia seperti tetap pada nuraninya, pada kejujuran pikirannya yang tanpa ‘pesanan’, tanpa kepentingan dari pihak manapun.

Arif sebenarnya sangat tahu siapa sebenarnya Gie. Ia bisa saja memaparkan Gie lebih tebal dari buku-buku karya yang pernah ada. Tapi, mungkin saja, Arif ingin Gie ‘diterjemahkan’ sendiri oleh bangsa ini dengan jujur dan apa adanya, tanpa tendesius, dan kepentingan dari pihak manapun.

Satu hal penting: Soe Hok Gie adalah aktivis, pemuda, yang kritis, berani, jujur. Ia melawan pada rezim karena Ia sadar penindasan, ketidakadilan, dan keberpura-puraan penguasa hanya akan menambah kesengsaraan rakyat. Tapi satu hal yang terpenting: Gie adalah inspirasi perlawanan aktivis mahasiswa terhadap penguasa.

Seorang Gie sangat sadar betul, apa yang Ia lakukan bersama teman-teman seperjuangannya tidak akan mendapatkan keuntungan apapun. Ibunya pun sering gelisah pada Gie, seperti dicatat Arif: “ Gie, untuk apa semuanya ini. Kamu hanya mencari musuh saja, tidak mendapat uang”. Tapi, Gie lagi-lagi hanya tersenyum dan berkata, “Ah, mama tidak mengerti”.

Menghadirkan Gie sebagai nafas pelawanan yang pernah ada pada saat ini seperti dalam hayalan. Gie bisa jadi hanya akan menjadi catatan sejarah, yang ditinggal dan sulit ‘ditafsirkan’ ulang. Semangat, pemikiran, gerakan, dan perlawanannya terhadap penguasa memang seperti mimpi bila ‘tafsirkan’ kembali pada masa ini.

Gie bisa jadi hanya milik zamannya. Ia ada pada masanya yang penuh pergolakan, yang ia sangat menyadari bahwa membiarkan kemungkaran penguasa hanya akan menghambat perubahan dan kesejahteraan bangsa.

Gie, sakali lagi seperti mimpi bila ‘ditafsirkan’ pada saat ini: nafas perlawanan yang pernah ada itu, sepertinya, sangat sukar dihadirkan kembali. Saat ini, seperti ketika kita tahu fasilitas dan kemewahan kekuasaan seringkali membuat aktivis meninggalkan aksi jalanan, catatan, dan pergerakan. Nafas perlawanan Gie pun berhenti karena mungkin terlalu berat diulang saat ini.

Semangat Gie sesungguhnya, dengan tidak berlebihan, telah melampaui batas seangkatannya. Ia aktivis yang tak mudah diajak kompromi. Ia pelawan yang tak gampang tergiur fasilitas dan ‘kelezatan’ kekuasaan. Bahkan sebaliknya, Gie dengan berani ‘mencemooh’ dengan mengirim bedak dan pupur pada teman-temannya di era demonstrasi tahun 1966 yang selepas lulus kuliah malah berpihak pada penguasa. Dengan bedak dan pupur itu, Gie pun menyindir agar mereka bisa lebih berdandan dan mempercantik diri dihadapan penguasa.

Gie pada akhirnya tak mudah terjebak pada tawaran kekuasaan, apalagi menikmatinya. Ia adalah kejujuran dan konsitensi dalam membela rakyat tertindas. Kendati untuk seorang Gie kekuasaan sangat mudah diraih, tapi Gie memilih mendaki Gunung Semeru untuk mendapatkan ‘kemerdekaanya’. Baginya, mendaki gunung itu akan mendekatkan kita pada rakyat di pedalaman dan menjadikan akal dan jiwa sehat.

Tetapi, satu hal terakhir: Gie mungkin hanya akan ada pada zamannya. Kita pun akan kesulitan ‘menerjemahkannya’ dengan jujur, berani, kritis, apa adanya, seperti yang dipikirkan dan dilakukan Gie ketika mengkritisi ketidakadilan penguasa terhadap rakyat tanpa ‘pesanan’ dan ‘sponsor’ dari pihak manapun.[]

*) Tulisan ini pernah penulis lansir di www.kompasiana.com pada April 06, 2011: http://sejarah.kompasiana.com/2011/04/06/soe-hok-gie-dari-catatan-hingga-pergerakan/

No comments:

KILAS CATATAN

Wartawan Bodrex vs Citizen Journalist

DALAM catatan Nasihin Masha, citizen journalism lahir sebagai sebuah perlawanan. Yakni, perlawanan terhadap hegemoni dalam merumuskan dan memaknai kebenaran. Perlawanan terhadap dominasi informasi oleh elite masyarakat. Akhirnya, perlawanan terhadap tatanan peradaban yang makin impersonal (Republika, Rabu, 7/11/2007)....selengkapnya...

Detikcom News

.: KabarIndonesia - Dari Kita Untuk Kita :.