
Christopher Barr, seorang peneliti senior dari Pusat Penelitian Hutan Internasional atau the Center for International Forestry Research (CIFOR) yang bermarkas di Bogor, Jawa Barat, mengungkapkan, pada akhir tahun enam puluhan, awal orde baru, luas hutan primer Indonesia ada sekitar 140 sampai 143 juta hektar. Dan pada 35 tahun terakhir, kerusakan hutan di negeri ini kian tampak kritis.
Kini sisa hutan tropis Indonesia diperkirakan tinggal 90 sampai 100 juta hektar. Menyusut kuranglebih 40 sampai 50 juta hektar.Hilangannya puluhan juta hektar hutan tersebut memang merupakan bencana tersendiri bagi Indonesia. Bahkan, bisa jadi, bencana alam yang melanda negeri ini akan sangat sulit diatasi bila kepedulian bangsa masih rendah menjaga kelestarian hutan.
Di Kalimantan Timur (Kaltim) sendiri, kondisi kerusakan hutan ternyata sangat memprihatinkan. Kendati, pernah diungkapkan Kepala Dinas Kehutanan Propinsi Kaltim, Budi Pranowo, kerusakan lahan menyusut dari 6,4 juta hektar menjadi 6,04 juta hektar (Tribun Kaltim, 26 Februari 2008). Tetap saja, penyusutan tersebut masih terbilang rendah bila dibandingkan dengan masih banyaknya pembalakan liar yang terjadi di daerah tersebut.
Kerusakan hutan yang dipicu selain adanya kebakaran lahan, pembalakan liar, juga diakibatkan oleh pengelolaan hutan yang tak terkendali oleh oknum perambah hutan. Dan dampaknya pun, perluasan dan kerusakan lahan kritis kian tampak sukar diatasi hingga kini.
Kasus pembalakan liar dan pengelolaan sumber daya hutan secara serampangan di Kaltim telak sangat merugikan masa depan hutan di negeri ini. Kekayaan hutan Kaltim yang merupakan bagian “harta karun” Indonesia tentunya sangat disayangkan bila tidak dijaga kelestariannya....selengkapnya...
No comments:
Post a Comment