Wednesday, December 28, 2011

Kritik ala Abu Nawas

Oleh: Guntur Pribadi

SIAPAPUN pasti mengenal sosok dan cerita “akal-akalan” Abu Nawas, paling tidak namanya. Abu Nawas dikenal cerdik dalam beragam hikayatnya. Sangking cerdasnya, Abu Nawas seringkali luput dari hukuman sang raja. Ia sosok manusia yang pandai berargumen. Hampir disetiap ceritanya, Abu Nawas digambarkan sebagai orang yang multi peran.

Sebagai contoh, seperti disebutkan dalam salah satu ceritanya, ketika Raja Harun Al Rasyid memintanya untuk menangkap angin dan memasukannya kedalam botol, Abu Nawas dengan berbagai caranya mampu melakukan apa yang diminta raja. Meskipun dengan “akal-akalan”, angin yang diminta raja pun diberikannya.

Begitu terkejutnya raja ketika tahu isi angin yang dipersembahkan Abu Nawas dalam botol itu bercampur bau busuk. Raja pun bertanya kepada Abu Nawas. “Mengapa bau angin seperti ini, busuk sekali?,” tanya raja.  Dengan alasannya, Abu Nawas menjawab,”Itu bau kentut saya yang tercampur bersama angin, baginda. Sebab, jika tak dimasukan baunya ke dalam botol, saya khawatir angin yang saya tangkap akan lepas”.

Mendengar jawaban Abu Nawas, sang raja pun hanya tersenyum dan mengerti bahwa Abu Nawas memang sosok yang pandai menyikapi dan mencari jalan keluar dari masalah yang terkadang sukar dihadapi. Ditengah argumennya itu, raja pun seringkali tak bisa meluapkan amarahnya. Sekalipun perilaku Abu Nawas acapkali dinilai berlebihan “mempermainkan” raja.

Gaya dan cara Abu Nawas menghadapi amarah raja, seringkali juga dinilai sebagai akal-akalan. Dan karena perilakunya yang kerapkali nyeleneh, seperti disebutkan dalam banyak ceritanya, Abu Nawas pun sering dicap orang yang tidak waras. Namun, bukanlah Abu Nawas bila tak mampu menjawab sendiri keanehannya yang disoroti masyarakat.

Akrobatik Abu Nawas dihadapan penguasa bukanlah satu atau dua kali. Ia bahkan seringkali mengkritisi kebijakan sang raja dengan leluconnya yang bila dinilai tak pantas untuk dilakukan. Sebagai contoh, kisah Abu Nawas ketika mendapat tugas sebagai pemungut pajak. Ketika semua pegawai pemungut pajak diperintahkan untuk memakan kertas laporan pungutan pajak yang tidak maksimal, Abu Nawas dengan mudah membuat raja tak dapat bicara. Pasalnya, ketika pegawai lainnya disuruh makan catatan kertas, Abu Nawas malah makan roti dihadapan raja.

Raja pun sekali lagi terkejut melihat Abu Nawas makan roti. Lalu raja bertanya kepada Abu Nawas. “Mengapa kau makan roti dihadapanku. Bukannya aku menyuruhmu melaporkan hasil pungutan pajak?,” ujar raja.

Mendengar pertanyaan raja, dengan enteng Abu Nawas menjawab, “Catatannya sudah saya makan, baginda. Sebab, saya menulis catatan pajaknya disepotong roti. Daripada raja marah-marah suruh saya makan catatannya, lebih baik saya makan duluan rotinya”.

Menyimak jawaban Abu Nawas tersebut, raja pun hanya diam seribu bahasa. Ia sepertinya kalah ucap. Argumen Abu Nawas membuat raja makin maklum dengan tingkahnya yang kerapkali membuat wibawa raja menjadi setara dan seperti pegawai yang tak lebih sama dengan posisi Abu Nawas.

Kendati pernah bekerja sebagai ‘abdidalem’ istana, Abu Nawas tetap saja seorang kritikus dihadapan pemerintah. Ia sosok yang tak mudah dibeli istana. Sindiran-sindiran politiknya terhadap penguasa lewat perilaku nyelenehnya pun, hampir disemua ceritanya, adalah bagian kesadaran politiknya sebagai sipil untuk membela hak-hak masyarakat.

Terlepas ada sebagaian pendapat yang menilai cerita Abu Nawas hanyalah fiktif, namun ilustrasi cerita botol berisi kentut dan catatan pajak pada sepotong roti adalah merupakan gaya kritik Abu Nawas terhadap sang raja yang dinilainya kurang memperhatikan kehidupan dan keadilan di masyarakat. []

No comments:

KILAS CATATAN

Wartawan Bodrex vs Citizen Journalist

DALAM catatan Nasihin Masha, citizen journalism lahir sebagai sebuah perlawanan. Yakni, perlawanan terhadap hegemoni dalam merumuskan dan memaknai kebenaran. Perlawanan terhadap dominasi informasi oleh elite masyarakat. Akhirnya, perlawanan terhadap tatanan peradaban yang makin impersonal (Republika, Rabu, 7/11/2007)....selengkapnya...

Detikcom News

.: KabarIndonesia - Dari Kita Untuk Kita :.