Monday, January 26, 2009

Ketika Merah Putih Bergolak di Sanga-Sanga

Oleh: Guntur Pribadi *)
KALIMANTAN Timur (Kaltim) ternyata menyimpan banyak sejarah perlawanan rakyat terhadap kolonialisme. Diantara catatan sejarah perjuangan masyarakat Kaltim merebut kemerdekaan Indonesia adalah perlawanan rakyat Sanga-Sanga menggulingkan Pemerinatahan Kolonial Belanda pada 27 Januari 1947.

Peristiwa heroik yang lebih dikenal sebagai Perjuangan Merah Putih Sanga-Sanga mengusir kolonial dari Tanah Air, itu merupakan peristiwa bersejarah yang hingga kini terus diperingati masyarakat Kaltim setiap 27 Januari.

Ketika itu, tidak sedikit pengorbanan rakyat Sanga-Sanga mempertahankan harga diri bangsa ini. Jiwa dan harta dipertaruhkan untuk mempertahankan Sanga-Sanga dan sekitarnya dari cengkraman kolonialisme. Para pejuang yang saat itu tergabung dalam Badan Pembela Republik Indonesia (BPRI) sangat sadar. Bahwa kemerdekaan adalah hak azasi setiap bangsa yang harus dipertahankan dan direbut.


Perihal paling berharga untuk mengenang (memperingati) perjuangan masyarakat Sanga-Sanga adalah semangat membela harga diri bangsa dari segala bentuk penjajahan. Melawan dan bertahan hingga darah terakhir adalah harga mati dalam perjuangan Merah Putih, ketika itu. Tujuan terakhir, Indonesia merdeka.

Perjuangan Merah Putih rakyat Sanga-Sanga adalah potret, betapa tidak relanya masyarakat lokal ketika itu harus terus dijajah. Penjajahan hanya akan melahirkan penderitaan rakyat. Hal ini sekaligus menegaskan, bahwa keinginan merdeka dari penindasan kolonial ternyata telah menjadi komitmen seluruh bangsa di nusantara ini. Termasuk peristiwa heroik rakyat Sanga-Sanga mengusir Belanda.

Tercatat dalam sejarahnya, keinginan Belanda menguasai wilayah Sanga-Sanga memang tidak dapat dilepaskan dari kepentingan ekonomi yakni penguasaan minyak mentah dan gas alam. Sanga-Sanga yang merupakan bagian wilayah Kabupaten Kukar, dengan luas wilayah mencapai 233,4 kilometer persegi, memang terkenal dengan kandungan minyak bumi dan gas alam, yakni sejak minyak sumur Louise pertama berproduksi tahun 1897.

Kekayaan alamnya itulah, Sanga-Sanga dalam peta sumber ekonomi kolonial, ketika itu, menjadi sangat strategis dan penting. Sumur-sumur minyak pun dibangun untuk dieksploitasi. Dan kemudian kekayaan alam Sanga-Sanga tersebut diproduksi untuk kepentingan Pemerintah Belanda.

Namun, rakyat Sanga-Sanga tidak menginginkan penjajahan dengan segala praktik penghisapan kekayaan alam terus terjadi. Perlawanan rakyat pun meletup. Para pembela Republik ini disadarkan, penghisapan, peminggiran, dan penjajahan dengan segala bentuknya harus dilawan.

Peristiwa Merah Putih Sanga-Sanga adalah sejarah yang tidak cukup untuk sekadar dikenang. Bangsa ini, masyarakat Kaltim khususnya, dapat belajar dari semangat rakyat ketika itu. Dengan komitmen yang mantap membela Tanah Air, kemerdekaan dan harga diri bangsa, bukan tidak mungkin, dapat dipertahankan. Dan rakyat Sanga-Sanga telah membuktikan dalam sejarahnya: kemerdekaan harus diperjuangkan.

Setelah kemerdekaan diraih dan diproklamirkan para pendiri bangsa ini, apakah semangat Merah Putih, seperti yang pernah bergelora di Sanga-Sanga masih ada? Ataukah semangat perjuangan itu hanya tinggal catatan sejarah dan kenangan?

Entahlah. Sulit untuk dijawab dan dipaparkan. Apalagi jika memotret Indonesia saat ini, dengan kondisi ekonomi yang masih menggantung dengan pihak Asing (kapitalisme-liberalisme). Dan dikuasainya (dijual) sejumlah bagian produksi penting negara ke swasta (pihak Asing) oleh Negara, menunjukan bangsa ini sebenarnya masih terjajah

Penjajah baru (neokolonialisme) itu bernama kapitalisme-(neo)liberalisme. Penjajahan gaya baru itu memang tidak secara fisik menciptakan penderitaan rakyat. Cukup dengan menguasai pasar dan sejumlah cabang produksi untuk hajat hidup rakyat, ”penjajah” yang menggunakan sistem Pasar Bebas sebagai ”medan” perang ini, kemudian mengatur dan menguasai ekonomi bangsa-bangsa (Negara) berkembang yang tidak memiliki kemampanan sistem ekonomi.

Neoliberalisme sebagai paham ekonomi yang berkiblat pada sistem kapitalis perdagangan bebas, ekspansi pasar, privatisasi (penjualan) BUMN, deregulasi, merupakan sistem ekonomi yang bertujuan melakukan pengurangan peran negara dalam pelayanan publik. Dalam hal ini, pihak swasta (Asing) memegang peran pasar sekaligus kebijakan publik. Disinilah sistem hukum rimba diterapkan: yang kuat akan semakin kuat. Yang lemah akan semakin tertindas.

Soekarno, sang Praklamator Kemerdekaan Republik ini, dengan tegas pernah mengkritik sistem Barat tersebut dengan menyebut: Go to Hell with Your Aid. Dan dalam geloranya, Presidan Pertama Indonesia, ini pun dilain pidatonya, pernah mengatakan : ”Kami menggoyangkan langit, menggemparkan darat, dan menggelorakan samudera agar tidak menjadi bangsa yang hidup hanya dari 2 setengah sen sehari”.

Soekarno sangat sadar betul, nusantara ini dengan kandungan alamnya yang kaya dan secara geografis, merupakan wilayah kepulauan yang indah, harus diperjuangkan kemerdekaanya. Hal ini yang (mungkin) membuat Soekarno tidak rela bangsa ini terus tertindas. Seperti kobaran semangat Rakyat Sanga-Sanga membela Tanah Air. Hingga darah terakhir pun, tekad (iman) membela Merah Putih tidak pernah pudar.

Dan perlu dicatat, tidak ada kemerdekaan tanpa perjuangan. Tidak ada perjuangan tanpa semangat kebersamaan dan nasionalisme. Tanpa itu, rasanya kita sulit meraih kemerdekaan dari kungkungan neokolonialisme. Dan hal ini telah ditunjukan para pejuang Merah Putih ketika mengusir kolonial Belanda di Sanga-sanga dan mengantarkan Indonesia Merdeka. []

*) Komunitas Merah Putih Network dan Citizen Journalist
Ilustrasi : www.kutaikartanegara.com

No comments:

KILAS CATATAN

Wartawan Bodrex vs Citizen Journalist

DALAM catatan Nasihin Masha, citizen journalism lahir sebagai sebuah perlawanan. Yakni, perlawanan terhadap hegemoni dalam merumuskan dan memaknai kebenaran. Perlawanan terhadap dominasi informasi oleh elite masyarakat. Akhirnya, perlawanan terhadap tatanan peradaban yang makin impersonal (Republika, Rabu, 7/11/2007)....selengkapnya...

Detikcom News

.: KabarIndonesia - Dari Kita Untuk Kita :.