
Kopi dan diskusi. Apa hubungannya? Ya, tentu tak ada hubungan yang relevan. Kalau kopi dan gula tentu ada kaitannya. Tapi, kopi dan diskusi, sepertinya tidak ada hubungan yang menarik.
Bagi kalangan yang punya tradisi berdiskusi, kopi menjadi bagian pelengkap. Terkadang juga kopi menjadi inspirasi buat yang memang penikmat kopi. Tapi, bagi saya, kopi ya kopi. Minuman selingan atau pengobat ngantuk. Selain itu, kopi juga seringkali diidentikan sebagai minuman khas para pengobrol. Dan biasanya juga dilengkapi dengan menghisap sebatang rokok. Soal rasa, entahlah? Yang jelas para penikmat kopi punya alasan masing-masing untuk memilih kopi sebagai pelengkap disaat santai maupun disaat bekerja.
Selain identik dengan minuman khas para pegiat nimbrung maupun diskusi, kopi juga seringkali juga dianggap sebagai penghibur saat berdisuksi. Bahkan ada yang menilai diskusi ataupun nimbrung tanpa kopi rasanya belum lengkap. Lihat saja kebanyakan para aktivis, orang-orang tua kampung yang biasa ngobrol ngalor-ngidul, wakil rakyat yang kemalaman rapatnya, atau pengiat organisasi, kopi menjadi minuman ‘penghibur’ untuk menambah ‘energi’ berdiskusi.
Begitulah kopi. Meski tak ada relevansinya dengan dunia obrolan dan diskusi, secangkir kopi dapat memberikan ‘inspirasi’ buat yang memang menikmatinya. Dan ketika masih kuliah atau reuni bersama teman-teman, saya pun merasakan, secangkir kopi ternyata punya makna tersendiri. Kopi dapat mempererat pertemanan, dapat memperkuat kebersamaan, dan juga secangkir kopi terkadang dapat ‘menyuntikan’ ide. Tapi ingat loh, jangan kebanyakan. Cukup secangkir untuk kita berdiskusi dan bernostalgia.
Kukar, 21 Oktober 2008 / 11:33 PM
No comments:
Post a Comment