Oleh: Guntur Pribadi *)
”Dentuman martir dan letupan peluru bertaburan di udara: melumat bumi Palestina. Wajah tak berdosa berderai tangis. Sipil menjerit. Ratusan dan ribuan jasad terdiam kaku. Langit Palestina kelabu, mencekam jiwa-jiwa yang teraniaya...” --------(GUGUN, Langit Palestina)
SERDADU Israel seperti tidak pernah ridha (baca:puas) dengan ketenangan bangsa Palestina. Tak peduli kecaman dunia. Persetan resolusi United Nations (PBB). Bagi pasukan Israel membumihanguskan sipil Palestina merupakan bagian ”perang suci” yang harus terus dilakukan.
Israel seperti tidak ingin memberikan ruang nafas untuk bangsa Palestina. Berbagai alasan menjajah Palestina sangat mudah untuk dianalisa siapapun. Dan kita pun tahu gempuran Israel, seperti dilansir banyak media massa di nasional dan dunia, untuk menghabisi Hamas hanyalah akal-akalan Isreal yang ingin menguasai keseluruhan wilayah Palestina.
Siapa sebenarnya Isreal? Mengapa bangsa yang mayoritas beragama Yahudi ini kerap mempertunjukan perang dan kerusakan? Dan apa yang diinginkan mereka terhadap wilayah Palestina dan wilayah-wilayah Timur Tengah lainnya?
Siapa pun yang pernah membaca dan mengkaji sejarah bangsa Israel akan lebih tahu sepak terjang bangsa tersebut. Mayoritas mereka sebenarnya merupakan bangsa Yahudi. Dan kata Yahudi sendiri berasal dari nama salah seorang anak Nabi Yaqub yakni, Yehuda. Dalam Bibel pasal 35 disebutkan, anak Nabi Yaqub berjumlah 12 orang. Dan diantaranya adalah Yehuda.
Sedangkan mengenai sejarah bangsa Israel sendiri, menurut Kitab Perjanjian Lama, Bangsa Israel, Bab Kejadian, Pasal 32: Pergumulan Yaqub dengan Alloh, diceritakan pada Ayat 27: Bertanyalah orang kepadanya,” Siapa namamu?” Yaqub menjawab,” Namaku Yaqub”. Kemudian pada Ayat 28 orang itu berkata (kepada Yaqub),” Nama kamu tidak akan disebut lagi Yaqub, tetapi Isroil”.
Jadi bila ditafsirkan disini, Israil itu sendiri merupakan gelar atau panggilan Nabi Yaqub. Sedangkan Israil itu secara harfiah memiliki arti ”perjalanan malam”. Dan dalam catatan sejarah, Nabi Yaqub yang merupakan putra dari Nabi Ishaq keturunan Nabi Ibrahim, pernah melakukan perjalanan yang melelahkan pada malam hari. Dan perjalanan malam Nabi Yaqub bersama anak-anaknya itu kemudian, dia mendapat julukan Israil.
Terlepas dari itu semua, bangsa Yahudi, seperti disebutkan dalam banyak catatan sejarah, adalah entitas yang terobsesi oleh kitab sucinya yang menyatakan, bahwa mereka adalah bangsa pilihan Tuhan yang diciptakan untuk menguasai dunia. Bagi mereka, bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki latar sejarah keturunan dari Yaqub-Ishaq-Ibrahim, bukanlah umat suci dan mulia.
Obsesi menjadi bangsa pilihan: mulia dan suci itu yang barangkali mendorong keangkuhan orang-orang Yahudi. Dan memang tidak dapat dipungkiri, keyakinan ”mendalam” mereka menegaskan sebagai bangsa termuka tidak lepas dari ”referensi suci” yang dibaca dan doktrin yang diajarkan para pemuka agama mereka, yang menyebutkan bahwa Tuhan akan menurunkan raja-raja di muka bumi ini dari keturunan Ibrahim. Sedangkan keturunan Ibrahim yakni Ismael tidak mereka akui.
Dalam protokol Zionisme —sebuah agenda konspirasi kejahatan terhadap manusia— dipaparkan: Manusia terbagi atas dua bagian yakni, Yahudi dan Non-Yahudi atau Joyeem dan Umami.
Dalam protokol kaum Zionis itu disebutkan, jiwa-jiwa Yahudi diciptakan dari jiwa Tuhan dan hanya merekalah sebagai bangsa yang diciptakan Tuhan paling suci dan murni. Sementara itu, penciptaan Umami (Non-Yahudi) berasal dari Syaitan dan diciptakan Tuhan untuk menjadi budak-budak Joyeem (http://agam.rosyidi.com/sejarah-bangsa-israel/).
Merasa diciptakan sebagai bangsa ”papan atas” dan mulia tersebut itulah yang bisa jadi membuat bangsa Yahudi menjadi congkak. Bagi mereka dunia ini diciptakan Tuhan hanya untuk bangsa Israel. Dan mereka merasa paling pantas untuk menguasai dan menghuninya. Sedangkan bangsa diluar sejarah keturunan mereka harus ditaklukan.
Serangan dan kekejaman serdadu Israel terhadap Palestina adalah potret nyata, keangkuhan bangsa yang mengaku keturunan ”anak-anak” Tuhan yang suci dan mulia serta merasa paling berhak menguasai dunia, ternyata menebarkan perang dan kerusakan terhadap bangsa lain.
Israel: Negara Tanpa Wilayah
Bila ditelusuri dalam sejarah, berdirinya nagera Israel sendiri tidak terlepas dari cita-cita Theodore Herzl, The Founding Father of Zionism, dalam bukunya Der Judenstaat (Negara Yahudi) dan diimpikannya sejak tahun 1896.
Keinginan bangsa Yahudi untuk memiliki negara sendiri merupakan bagian taktik Zionisme untuk mendapatkan pengakuan dunia. Umat yang mengklaim ”bangsa suci” ini memang terkenal memiliki jaringan yang kuat. Karena itu, tidak mengherankan, dalam hal lobi dan strategi politik internasional, orang-orang Yahudi juga terkenal pandai. Dan mungkin kepiawaian mereka itulah, kaum Zionis akhirnya berhasil menyatakan pendirian negara Israel, pada 14 Mei 1948.
Negara telah berdiri. Tetapi bangsa Israel tidak memiliki wilayah kekuasaan. Bagaimana bisa sebuah negara berdiri tanpa wilayah. Itulah kepiawaian Zionisme. Meski tidak punya wilayah otoritas, ”bangsa kancil” ini dapat menguasai dan menempati beberapa bagian wilayah Timur Tengah, diantaranya yang tampak jelas adalah pencaplokan sebagian wilayah negara Palestina.
Bukan rahasia. Serdadu Zionisme melakukan gempuran kebeberapa negara Timur Tengah, tidak hanya Pelestina, tetapi sebelumnya juga pernah terjadi konflik Israel-Arab 1948 dan beberapa negara Timur Tengah lainnya, tidak terlepas dari ”keyakinan” mereka sebagai ras paling unggul. Termasuk keinginan Zionis untuk menguasai negara-negara Timur Tengah.
Kaum Zionis dibeberapa negara Eropa hingga Amerika merupakan jaringan kuat, yang memang terkenal memainkan peran diberbagai lini terpenting dunia internasional. Tanpa harus dibeberkan dan merasa heran, sebenarnya kita tahu, misalnya, pilihan abstein Amerika pada Resolusi PBB, 8 Januari 2009, beberapa waktu lalu, terkait penghentian serangan membabi-buta Israel terhadap warga Palestina, tidak terlepas dari aktor intelektual Zionisme-Amerika.
Obsesi Menguasai Timur Tengah
Gerakan Zionisme sejak awal diploklamirkan tokohnya Theodore Herzl dan Chaim Weizmann tahun 1882, merupakan gerakan yang bermaksud menguasai dunia dan mengembalikan umat dunia ke Zion, bukit yang diyakini sebagai tempat Tuhan, dengan segala cara. Dan lagi-lagi, ini juga tidak terlepas dari obsesi kaum Yahudi sebagai ras paling unggul dan mulia di dunia.
Selain mengklaim sebagai bangsa yang diciptakan Tuhan paling suci diantara bangsa-bangsa lain. Israel juga berambisi ingin menguasai bangsa-bangsa dunia. Keinginan besar mereka menjadi negara superior di muka bumi ini tidak terlepas dari catatan Kitab Suci Bani Israil, Bab Kejadian, Pasal 15: Perjanjian Alloh dengan Abrom (Ibrahim), dalam Ayat 18 yang menerangkan:
”Pada hari itulah Tuhan mengadakan perjanjian dengan Abrom serta berfirman: ”Kepada keturunanmulah kuberikan negeri ini mulai sungai Mesir sampai ke sungai besar itu, Sungai Efrat”. Dalam Perjanjian Lama disebutkan 10 negeri yang diantaranya: Tanah orang Keni, Tanah orang kenas, Tanah orang Kadmun, Negeri orang Hed, Negeri orang Feris, Negeri Refain, Negeri orang Amori, Negeri orang Kan’an, Negeri orang Deregasi, Negeri orang Nyeyus.
Tanah-tanah tersebut itu, sekarang bernama Mesir, Irak, Yordania, Lybia, termasuk Arab Saudi. Gerakan terselubung Israel ingin menguasai wilayah negara-negara Timur Tengah tersebut memang sudah dirancang. Bagi kaum Yahudi, negara-negara sebagaimana disebutkan dalam Perjanjian Lama itu merupakan ”Negera Perjanjian Tuhan”. Jadi tidak mengherankan, mengapa kaum Zionis sangat berambisi menguasai negara-negara Timur Tengah, termasuk Palestina.
Untuk mengambilalih ”Negara Perjanjian Tuhan” tersebut, kaum Zionis bergerak dalam jaringannya. Gerakan terorganisir ”Bintang Segi Enam” ini sangat rapi menempatkan posisi para aktor intelektualnya. Yahudi dengan Zionismenya memang terkenal piawai ”memproduksi” kuasa dan pengaruh opini publik lewat media massa. Dan itu bahkan sangat mungkin untuk dilakukan oleh Yahudi.
Nando Baskara, mencatat, dalam bukunya: ”Mafia” Bisnis Yahudi, ada sejumlah media elektronik dan cetak yang kepemilikannya dikuasai kaum Yahudi. Sebut saja diantaranya, Cable News Network (CNN), American Broadcasting Companies (ABC), News Corporatin, The New York Times, The Mirror, Time, Newsweek, Time Educational,The Wall Strett Journl, The Times (inggris), dan sejumlah media massa Barat lainnya yang masih “diotaki” Yahudi.
Kesuksesan kaum Zionis menguasai sejumlah media massa ternama dan bahkan menciptakan citra negatif terhadap Islam, termasuk memicu serangan ke Palestina, tidak terlepas dari siasat politik Zionis yang dirancang Theodore Herzl.
Kaum Zionis sendiri sangat pandai membaca gerakan politik untuk menguasai dunia internasional, yakni dengan melakukan lobi, diplomasi, dan menempatkan media massa sebagai ”senjata” propaganda. Herzl sendiri, sebagai ”ulama besar” kaum Zionis, sebenarnya adalah seorang wartawan yang dikenal cerdik melakukan lobi terhadap pemimpin-pemimpin dunia Barat dan para jurnalis. Dan karena itu, tidak mengherankan jika gerakan Zionisme terbilang sukses melebarkan sayap-sayap perjuangannya.
PBB dan ”Penjahat Perang”
Mengapa harus bangsa Palestina yang terus menderita oleh gempuran Israel? Dan mengapa Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) terkesan lamban menyikapi keberutalan pasukan ”Bintang Segi Enam” tersebut?
Apapun alasan yang dibuat Israel menyerang bangsa Palestina, mayoritas masyarakat dunia saya yakin sepakat tidak dan bahkan sangat tidak mendukung. Betapa tidak, warga sipil yang harus menjadi tumbal keangkuhan serdadu Israel sudah sangat memperihatinkan. Demikian halnya, jumlah korban berjatuhan akibat perperangan tersebut tidaklah sedikit.
Dan apa sebanarnya yang dikerjakan PBB yang berpusat di benua Amerika menyikapi keguncangan dunia akibat perang tersebut?
Bukan tidak mungkin, serangan Israel yang membabibuta dan membombardil bangunan sipil, kantor-kantor, sekolah, tempat-tempat ibadah, hingga menembaki para jurnalis yang sedang bekerja akan memperkokoh akar konflik perang di wilayah Timur Tengah.
Sikap PBB yang terkesan membiarkan serangan Israel ke Jalur Gaza, Palestina, termasuk serangan Amerika ke Irak, beberapa waktu lalu, telah menegaskan kemandulan lembaga perdamaian dunia tersebut menyikapi perang yang terjadi di wilayah Timur Tengah. Sebenarnya PBB tidak lebih merupakan lembaga boneka ”negara-negara” penjahat perang yang boleh dikatakan tidak perlu lagi keberadannya.
Masyarakat dunia memang pantas protes atas segala kekerasan dan kebiadaban yang diakibatkan perang. Negara-negara dunia harus lebih tegas menyikapi serangan serdadu Israel dan sekutunya sebagai kejahatan kemanusiaan dan perusak peradaban dunia. Apapun bentuknya, perang tidak akan pernah menyelesaikan masalah. Sebaliknya, perang hanya akan melahirkan bangsa dunia terjajah menjadi mentalitas bangsa yang rentan tidak percaya diri dan rapuh.
Bagaimana akan ada perdamaian dunia, sementara negara-negara yang mempropagandakan demokratisasi, humanisme, anti terorisme, ternyata membiarkan dan bahkan mempraktikan tindakan-tindakan teroris dan kerusakan di muka bumi. Inilah sebuah ironi nyata dan sekaligus kejahatan kemanusiaan yang bisa kita saksikan.
*) Komunitas Merah Putih Network dan Indonesian Citizen Journalist
(Tulisan Opini ini pernah dimuat di www.kabarindonesia.com, tanggal 18 Januari 2009)
No comments:
Post a Comment