Oleh: Guntur Pribadi
Baru-baru ini, DPR RI membuat aturan, pelarangan menggunakan rok mini di Gedung DPR. Alasan dasarnya menghindari perkosaan: wow, begitu sensitifnya. Jika demikian alasanya, sah-sah saja publik kemudian berpandangan, “Sepertinya rok mini sangat mengganggu mata para anggota dewan.”
Persoalan rok mini kemudian menjadi hal serius di gedung DPR.
Ketua DPR, Marzuki Alie, pun menegaskan kepada wartawan, pelarangan mengenakan
rok mini di Gedung Dewan bertujuan untuk pembenahan citra DPR.
Apapun itu, pelarangan rok mini di gedung rakyat sah-sah saja
untuk dilakukan. Namun yang jadi pertanyaan, kenapa hanya rok mini saja yang
dilarang? Harusnya anggota dewan yang doyan tidur pada saat sidang rakyat
harusnya juga dilarang, dewan sering mangkir pada sidang rakyat juga dilarang,
dan dewan yang studi bandingnya tidak jelas hasilnya, harusnya juga dilarang!.
Banyak persoalan rakyat yang seharusnya perlu disikapi dan
dilayani anggota DPR. Saya kira, persoalan rok mini tak ada apa-apanya, jika
dibandingkan banyaknya perilaku wakil rakyat yang kerapkali dipandang miring
oleh masyarakat.
Wakil rakyat lebih baiknya fokus pada tupoksinya. Persoalan negeri
ini, banyak yang belum tuntas. Kita lihat dan baca, hampir tiap hari masyarakat
dipertontonkan kasus-kasus korupsi yang menyeret sejumlah wakil rakyat.
Harusnya ini yang menjadi bahan intropeksi wakil rakyat, bukan rok mini yang
dipersalahkan dan dibesar-besarkan.
Memanjangkan rok, tidak menjamin harga Bahan Bakar Minyak (BBM)
ikut turun. Saat ini saja, masyarakat sudah harus bersiap-siap mengencangkan
ikat pinggang. Ya, apalagi kalau bukan soal kebijakan pemerintah terkait
kenaikan harga BBM. Dewan seharusnya serius melihat persoalan ini, bukan
mempersoalkan staf anggota dewan yang mengenakan rok mini.
Pelarangan rok mini oleh DPR menunjukan wakil rakyat, tampak hanya
peka pada hal-hal busana wanita. Sebenarnya, banyak persoalan besar bangsa ini
yang seharusnya menjadi pekerjaan wakil rakyat.
Contoh, kasus Bank Century, Korupsi, kenaikan harga BBM,
ketidakadilan terhadap perempuan, lumpur Lapindo, kemiskinan masyarakat
perbatasan, konflik agraria, dan beberapa persoalan nasional lainnya. Mengapa
bukan persoalan-persoalan tersebut yang menjadi hal sensitif anggota DPR? Kok,
malah ngurusi rok mini?
Keinginan anggota DPR RI membangun pencitraan institusi dan
kinerja, alangkah baiknya bukan hanya membesarkan soal rok mini saja. Sekali
lagi, rok mini tak ada apa-apanya jika dibandingan dengan sejumlah persoalan
nasional bangsa ini.
Soal rok mini hanya soal moralitas individu. Biarlah individunya
yang membenahi. Dan, saya kira, terlalu berlebihan, jika dewan sudah mengurus
soal rok mini. Masih banyak persoalan besar bangsa ini yang penting untuk disorot,
dikerjakan, dan dibenahi.
Pencitraan politik oleh DPR hanyalah soal kulit. Tentu bangsa ini
tak ingin hanya dipertontonkan kulit, tapi kualitas isi, integritas, dan
kredibilitas anggota DPR itu yang seharusnya lebih penting ditunjukan. Untuk
apa, jika yang dibesar-besarkan citra dan janji, tapi pada buktinya, rakyat
tetap tak memuji.
Wakil rakyat lebih baik konsentrasi pada persoalan rakyat. Rok
mini yang masuk pada ranah berbusana alangkah baiknya menjadi kesadaran moral
individu. Tak perlulahlebay, gara-gara rok mini, DPR bisa tidak
konsentrasi pada tugas-kerjanya.
Kalau hanya ingin mencari pencitraan institusi dan politik,
menurut saya, wakil rakyat akan sangat elegan fokus pada kerja-kerja
kerakyatan. Sebab, masih banyak pekerjaan yang mulia, yang harus dikerjakan
wakil rakyat daripada mengurusi rok mini.
Rakyat saat ini sudah sangat cerdas. Bisa jadi pencitraan politik,
janji-janji politik yang basa-basi, dan pepesan kosong para politikus, kedepan
tidak akan laku lagi dijual.
Dan, soal rok mini, menurut saya, hanyalah bagian pengalihan
isu-isu besar nasional yang tidak layak disoroti DPR. []
No comments:
Post a Comment