Wednesday, April 11, 2012

Tidak Ada Kawan dan Lawan Abadi


Oleh: Guntur Pribadi

PERSETERUAN Anas versus Nazar adalah ilustrasi dari judul tulisan ini. Dua politikus itu, boleh jadi, dulunya adalah ‘bersahabat’ dan ‘sepaham’. Namun, kemudian, gegap gempita politik dan proyek bisnis membuat mereka berai.

Tampaknya tak ada ruang kawan buat mereka berdua. Perang urat syaraf dan leher hingga kini masih menghiasi halaman media massa antara Anas vis a vis Nazar.

Seperti tak ada lagi kepentingan bersama, ocehan dua politikus ini sudah melewati batas-batas privasi. Saling serang statemen mergulir dari media massa ke media massa.

Beberapa waktu lalu saja, Anas menegaskan, bersedia di gantung di Monas, jika terbukti terlibat dalam kasus Wisma Atlit dan proyek Hambalang. Dan tak kalah balik menyerang, Nazar pun menantang Anas untuk sumpah pocong. 

Tak ada kawan dan lawan abadi. Inilah kemudian potret yang kita tangkap dari perseteruan Anas versus Nazar. Persahabatan sebagai kawan sesama politikus dan satu partai, tinggallah kenangan. Yang tersisa hanyalah mempertahankan kepentingan masing-masing.

Kawan Sekaligus Lawan
Politik sejatinya adalah strategi, jalan untuk mewujudkan cita-cita ideologi atau oleh Aristoteles menyebutnya, sebagai usaha warga negara untuk menciptakan kebaikan bersama. Namun pemikiran itu, saat ini, hanyalah sebagai teori belaka.

Dalam kamus politik Anas dan Nazar, teori-teori itu basi dan tak ada. Yang ada hanyalah kawan sekaligus lawan politik.

Anas yang sebelumnya terlihat “dingin” dengan ocehan Nazar pun ikut balik menyerang dan membela diri. Demikian sebaliknya Nazar, kian kencang ‘bernyanyi’ dan bahkan menyeret sejumlah nama-nama koleganya yang disebut-sebutnya ikut menikmati proyek bisnis yang ditanganinnya.

Kendati ‘siulan’ Nazar dinilai (mungkin) sebagai cerita mati dan tak benar oleh banyak lawan politiknya, ia tetap tak ingin berhenti ‘bersiul’. Bahkan Nazar dengan lantang siap di sumpah pocong bila pengakuannya selama ini tak benar.

Saling serang dua individu: Anas versus Nazar, memantapkan apa yang pernah dikatakan Thomas Hobbes bahwa manusia itu adalah serigala bagi manusia lain. Terkadang tampak tak menerkam, namun pada kemudian ia akan melumpuhkan semua yang diinginkannya. Seperti itulah yang bisa kita lihat antara Anas dengan Nazar. Yang ada hanyalah kepentingan masing-masing individu.

Anas dan Nazar, mungkin tak menyadari bila politik dan bisnisnya harus berakhir berantakan. Persahabatan yang dibangun mereka harus pecah lantaran dugaan bau anyir korupsi melekat pada berbagai proyek bisnis mereka.

Bak kapal bocor sana-sini, Anas dan Nazar, mungkin saja sedang sibuk menutup lubang-lubang dinding kapal yang tampak mulai karam oleh ‘ombak’ KPK dan sorotan media massa, sehingga mereka pun harus ikut larut saling menyalahkan.

Itulah bagian dunia politik: taktik yang semula diotak-atik untuk kepentingan bersama, namun pada akhirnya (seringkali) tak siap untuk gagal bersama. []

No comments:

KILAS CATATAN

Wartawan Bodrex vs Citizen Journalist

DALAM catatan Nasihin Masha, citizen journalism lahir sebagai sebuah perlawanan. Yakni, perlawanan terhadap hegemoni dalam merumuskan dan memaknai kebenaran. Perlawanan terhadap dominasi informasi oleh elite masyarakat. Akhirnya, perlawanan terhadap tatanan peradaban yang makin impersonal (Republika, Rabu, 7/11/2007)....selengkapnya...

Detikcom News

.: KabarIndonesia - Dari Kita Untuk Kita :.