[ Memilah dan Memilih Calon Pemimpin (1) ]
Oleh: Guntur Pribadi
SETIAP
kita tentu merindukan pemimpin yang merakyat: pemimpin yang peka pada kebutuhan
dan apa yang dirasakan masyarakatnya. Tentu saja dalam hal ini, bukanlah
pemimpin yang dalam retorika politiknya hanya penuh gombal dan janji kosong atau
sibuk mengkalim dirinya sebagai “pemimpin merakyat.”
Bukan
sesuatu yang asing jika menjelang pemilihan pemimpin di suatu daerah atau
wilayah, masyarakat akan disuguhkan beberapa tampilan calon pemimpin yang akan menaruhkan
“sumpahnya” untuk siap memimpin masyarakatnya.
Tak
hanya itu saja, menjelang pemilihan pemimpin baik nasional maupun tingkat lokal
sekalipun, beraneka “menu” program pembangunan dari masing-masing calon pemimpin
pun bak dagangan yang ditawarkan kesana-kemari.
Menariknya
lagi kini, seperti yang dapat kita lihat hampir disetiap pemilihan calon
pemimpin di daerah-daerah di negeri ini misalnya, mesin-mesin survey pun, terkadang
tak mau kalah untuk ikut ambil peran mewarnai di hampir setiap pemilihan kepada
daerah.
Ya,
seperti itulah kesibukan menjelang pesta demokrasi hampir di setiap daerah atau
wilayah. Berbagai janji, beraneka ragam visi dan misi, serta aksi politik pun disuguhkan
untuk menarik perhatian dan meyakinkan masyarakat pemilih.
Ditengah
perkembangan cara pandang masyarakat saat ini yang tidak boleh dipandang sepele
dalam merespon berbagai visi dan misi para calon pemimpinnya, tradisi kampanye
yang tidak membangun kesadaran politik masyarakat lewat dialog-dialog yang mendidik
akan sangat memungkinkan munculnya apatis masyarakat terhadap pesta demokrasi.
Pandangan
tersebut boleh saja dianggap tidak mungkin terjadi atau terlalu berlebihan.
Namun, bukan berarti mengukur respon masyarakat terhadap para calon pemimpin
tidaklah penting. Bagaimana masyarakat sebagai pemilih akan mengetahui
kualitas, integritas, dan moralitas para calon pemimpinya, bila kesadaran
berpolitik masyarakat tidak diberdayakan.
Kesadaran
politik masyarakat dengan melibatkan partisipasinya pada proses-proses
pemilihan yang cerdas, akan sangat mengajarkan kepada para pemilih agar
memiliki daya dalam memilah dan memilih para calon pemimpinnya kedepan.
Untuk
menghadirkan masyarakat pemilih yang cerdas tersebut, tentu saja diperlukan
pendidikan politik yang juga cerdas dan mampu memberdayakan kesadaran
berpolitik masyarakat. Tentu saja dalam hal ini, peran media massa, termasuk
elemen masyarakat yang peduli pada masa depan daerahnya sangat diperlukan agar
dapat memberikan pencerahan kepada para pemilih mengenai masa depan calon pemimpinnya.
Inilah
yang kemudian menjadi sangat penting untuk diperhatikan setiap menjelang
pemilihan pemimpin, yakni terkait dengan penyuguhan “menu” kampanye dan program
pembangunan. Karena, bisa saja masyarakat pemilih lebih cerdas sehingga akan
sangat sulit digombal lewat kampanye-kampanye politik yang tidak mendidik atau
berkualitas.
Melihat
berbagai persoalan pembangunan yang pahitnya sangat dirasakan oleh masyarakat,
ditambah lagi misalnya, janji-janji para pemimpin yang acapkali masih jauh dari
kenyataan, maka bukan tidak mungkin kemudian ada sebagian masyarakat yang lebih
memilih menjadi golput.
Karena
itu, dengan melihat berbagai persoalan pembangunan yang tampak dan sangat
dirasakan masyarakat seperti, masalah kerusakan jalan, kesehatan, kemiskinan,
dan termasuk masalah kerusakan lingkungan,
maka sangatlah wajar kebutuhan akan sosok pemimpin yang benar-benar
dapat memberikan keyakinan kepada masyarakat, terutama dalam melakukan
perubahan secara progresif dan melaksanakan pembangunan secara konkret,
kehadirannya menjadi harapan besar. (*)
*) Tulisan ini pernah dimuat di koran harian
Tribun Kaltim, Senin 20 Mei 2013. Hal.7
No comments:
Post a Comment