Saturday, July 20, 2013

Merindukan Pemimpin yang Merakyat


[ Memilah dan Memilih Calon Pemimpin (1) ]

Oleh: Guntur Pribadi

SETIAP kita tentu merindukan pemimpin yang merakyat: pemimpin yang peka pada kebutuhan dan apa yang dirasakan masyarakatnya. Tentu saja dalam hal ini, bukanlah pemimpin yang dalam retorika politiknya hanya penuh gombal dan janji kosong atau sibuk mengkalim dirinya sebagai “pemimpin merakyat.”

Bukan sesuatu yang asing jika menjelang pemilihan pemimpin di suatu daerah atau wilayah, masyarakat akan disuguhkan beberapa tampilan calon pemimpin yang akan menaruhkan “sumpahnya” untuk siap memimpin masyarakatnya.

Tak hanya itu saja, menjelang pemilihan pemimpin baik nasional maupun tingkat lokal sekalipun, beraneka “menu” program pembangunan dari masing-masing calon pemimpin pun bak dagangan yang ditawarkan kesana-kemari.

Menariknya lagi kini, seperti yang dapat kita lihat hampir disetiap pemilihan calon pemimpin di daerah-daerah di negeri ini misalnya, mesin-mesin survey pun, terkadang tak mau kalah untuk ikut ambil peran mewarnai di hampir setiap pemilihan kepada daerah.

Ya, seperti itulah kesibukan menjelang pesta demokrasi hampir di setiap daerah atau wilayah. Berbagai janji, beraneka ragam visi dan misi, serta aksi politik pun disuguhkan untuk menarik perhatian dan meyakinkan masyarakat pemilih.

Ditengah perkembangan cara pandang masyarakat saat ini yang tidak boleh dipandang sepele dalam merespon berbagai visi dan misi para calon pemimpinnya, tradisi kampanye yang tidak membangun kesadaran politik masyarakat lewat dialog-dialog yang mendidik akan sangat memungkinkan munculnya apatis masyarakat terhadap pesta demokrasi.

Pandangan tersebut boleh saja dianggap tidak mungkin terjadi atau terlalu berlebihan. Namun, bukan berarti mengukur respon masyarakat terhadap para calon pemimpin tidaklah penting. Bagaimana masyarakat sebagai pemilih akan mengetahui kualitas, integritas, dan moralitas para calon pemimpinya, bila kesadaran berpolitik masyarakat tidak diberdayakan.

Kesadaran politik masyarakat dengan melibatkan partisipasinya pada proses-proses pemilihan yang cerdas, akan sangat mengajarkan kepada para pemilih agar memiliki daya dalam memilah dan memilih para calon pemimpinnya kedepan.

Untuk menghadirkan masyarakat pemilih yang cerdas tersebut, tentu saja diperlukan pendidikan politik yang juga cerdas dan mampu memberdayakan kesadaran berpolitik masyarakat. Tentu saja dalam hal ini, peran media massa, termasuk elemen masyarakat yang peduli pada masa depan daerahnya sangat diperlukan agar dapat memberikan pencerahan kepada para pemilih mengenai masa depan calon pemimpinnya.

Inilah yang kemudian menjadi sangat penting untuk diperhatikan setiap menjelang pemilihan pemimpin, yakni terkait dengan penyuguhan “menu” kampanye dan program pembangunan. Karena, bisa saja masyarakat pemilih lebih cerdas sehingga akan sangat sulit digombal lewat kampanye-kampanye politik yang tidak mendidik atau berkualitas.

Melihat berbagai persoalan pembangunan yang pahitnya sangat dirasakan oleh masyarakat, ditambah lagi misalnya, janji-janji para pemimpin yang acapkali masih jauh dari kenyataan, maka bukan tidak mungkin kemudian ada sebagian masyarakat yang lebih memilih menjadi golput.

Karena itu, dengan melihat berbagai persoalan pembangunan yang tampak dan sangat dirasakan masyarakat seperti, masalah kerusakan jalan, kesehatan, kemiskinan, dan termasuk masalah kerusakan lingkungan,  maka sangatlah wajar kebutuhan akan sosok pemimpin yang benar-benar dapat memberikan keyakinan kepada masyarakat, terutama dalam melakukan perubahan secara progresif dan melaksanakan pembangunan secara konkret, kehadirannya menjadi harapan besar. (*)

*) Tulisan ini pernah dimuat di koran harian Tribun Kaltim, Senin 20 Mei 2013. Hal.7

No comments:

KILAS CATATAN

Wartawan Bodrex vs Citizen Journalist

DALAM catatan Nasihin Masha, citizen journalism lahir sebagai sebuah perlawanan. Yakni, perlawanan terhadap hegemoni dalam merumuskan dan memaknai kebenaran. Perlawanan terhadap dominasi informasi oleh elite masyarakat. Akhirnya, perlawanan terhadap tatanan peradaban yang makin impersonal (Republika, Rabu, 7/11/2007)....selengkapnya...

Detikcom News

.: KabarIndonesia - Dari Kita Untuk Kita :.